Minggu, 31 Juli 2016

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN
CMV (CYTOMEGALOVIRUS)

A.    Pengertian
Cytomegalovirus (CMV) merupakan virus yang di klasifikasikan dalam keluarga virus herpes, memiliki potensi yang berbahaya bagi janin, menganggu atau merusak organ ginjal, hati, jantung, paru-paru, mata, lambung, usus, telinga dan otak (Akhter, 2010).
Cytomegalovirus (CMV) adalah jenis virus DNA yang termasuk dalam keluarga herpes, family herpesviridae. Kata cytomegalovirus berasal dari Yunani, cyto berarti sel dan mega berarti besar. Sebagai anggota dari keluarga besar virus Herpes, CMV memiliki kemampuan bersembunyi di dalam tubuh untuk waktu yang lama (Rohman, 2010).
B.     Proses Terjadinya Masalah
1.      Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor Persipitasi dan Predisposisi menurut (Hamele, 2009).
Faktor Presipitasi Cytomegalovirus (CMV), bersentuhan langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, seperti darah, urin, air liur, hal ini terjadi karena cytomegalovirus dapat menembus selaput lendir. Melalui plasenta, dari ibu terinfeksi ke janin yang dikandungnya. Air Susu Ibu terinfeksi virus. Melakukan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi. Transfusi darah atau transplantasi organ.
Faktor Predisposisi adalah Ibu terinfeksi Cytomegalovirus (CMV), dilahirkan dengan ibu menderita cytomegalovirus, penyakit di dapat setelah lahir, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, sempat kontak langsung dengan cairan tubuh pasien terinfeksi, seperti air liur, air susu ibu, dan urine.
2.      Patofisiologi
Mekanisme terjadinya Cytomegalovirus menurut (Hamele, 2009).
      Cytomegalovirus adalah jenis virus DNA yang memiliki materi genetik berupa DNA, di tularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah, dari ibu hamil kepada janin yang dikandungnya, kontak langsung dengan  cairan tubuh atau jaringan tubuh, termasuk urin , darah, liur, secret servikal , semen , dan ASI. Masa inkubasi dari virus ini tidak diketahui secara pasti tetapi ada perkiraan masa inkubasi : setelah lahir 3 – 12 minggu, setelah transfusi 3 – 12 minggu, setelah transplantasi 4 minggu – 4 bulan.
      Jika diamati dengan mikroskop elektron bentuk CMV adalah sferis/bola dan ukurannya antara 64-110 nm (1nm = 10 -9m). Akan tetapi, ketika virus ini menginfeksi sel manusia, ukurannya akan membesar menjadi 100-180 nm. Seperti virus lain pada umumnya, setelah virus ini masuk ke dalam tubuh manusia, CMV akan menempel di sel tubuh dan segera melakukan penetrasi ke dalam sel dengan cara melubangi membran sel. CMV yang telah masuk ke dalam sel, akan berada di sitoplasma sel dan dikelilingi oleh vakuola.
Cytomegalovirus (CMV) yang terdeteksi dalam urin melalui mikroskop elektron, dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah terinfeksi virus tersebut dapat tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali . Hingga kini belum ada imuninsasi untuk mencegah penyakit ini.
3.      Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis  menurut (Akhter, 2010)         
      Manifestasi klinis CMV bervariasi dapat dibagi atas infeksi CMV infeksi intrauterus (kongenital) dan infeksi perinatal. Infeksi kongenital adalah penularan dari ibu hamil kepada janin dalam kandungannya melalui plasenta. Jika penularan terjadi pada usia kandungan di bawah 16 minggu, akan menyebabkan dampak yang sangat merugikan seperti hepatomegali, splenomegali, ikterus, ptekie, mikrosefali, kelainan okuler, kelainan gigi, gangguan pendengaran, dan kelainan kongenital.
      Hepatomegali adalah kelainan yang paling sering terjadi pada CMV kongenital, ini menyebabkan pembesaran pada hepar dengan ukuran yang dapat mencapai 4-7cm. Hepar yang ada di bawah tulang rusuk bagian kanan tidak mengalami nyeri tekan saat dipalpasi tetapi memiliki permukaan yang tidak rata (Soegijanto, 2007).  Splenomegali adalah pembesaran limpa. Limpa yang ada di bawah tulang rusuk sebelah kiri dapat membesar dengan ukuran 10-15cm. Splenomegali juga ditemukan pada kasus cytomegalovirus kongenital (Corwin, 2009).  Ikterus adalah pigmentasi kulit berwarna kuning yang di sebabkan oleh peningkatan kadar biilirubin serum, seringkali terlihat pada sklera. Hal ini juga terjadi pada kasus infeksi kongenital (Fauci 2009).
      Mikrosefali yaitu ukuran lingkar kepala kecil abnormal, dibawah 5 persentil dan didapatkan pada hampir separuh dari penderita dengan infeksi cytomegalovirus (Soegijanto, 2007). Kelainan okuler pada retina yang biasa di disebut dengan CMV retinitis kadang di sertai oleh strabismus dan kadang atrofi optik juga terjadi pada kasus CMV kongenital (Soegijanto, 2007).
      Kelainan gigi adalah gangguan primer pada pembentukan gigi, ini terjadi pada infeksi kongenital. Kelainan ini muncul pada semua gigi berupa pewarnaan gigi yang kekuningan (Corwin, 2009).  Gangguan pendengaran, bisa terjadi jika sinyal suara tidak mencapai ke otak, hal ini dikarenakan gelombang suara yang masuk ke telinga tidak mampu menggetarkan gendang telinga (Fauci 2009). Kelainan kongenital adalah kelainan bawaan atau kelainan yang di dapat sejak lahir (Abraham, 2006).  Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dikarenakan cytomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi setiap saat dalam kehamilan (Soegijanto, 2007).
      Infeksi CMV perinatal, adalah penularan terjadi sewaktu persalinan hingga satu minggu setelah kelahiran atau terinfeksi melalui cairan sekresi penderita cytomegalovirus. Penularan perinatal lainnya dapat melalui air susu ibu, percikan air liur, serta melalui kontak dengan mulut dan hidung (mencium bayi). Anak juga dapat mengalami batuk, demam serta pneumonia.


Pathway spektrum penyakit infeksi cytomegalovirus  



Gambar 1. Spektrum penyakit infeksi cytomegalovirus
                                                            (Soegijianto Soegeng, 2007)
                              Gambar 1.1 gambar pathway

1.      Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut (Suromo, 2007).
      Adalah pemeriksaan kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit. Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk melihat virus dalam jumlah besar. Meskipun virus CMV juga terdapat di air liur ataupun jaringan tubuh lainnya, tetapi kadar virus CMV di urin jauh lebih banyak dibandingkan dengan kadar di air liur. Sementara pengambilan sampel urin jauh lebih mudah dibandingkan dengan pengambilan sampel dari jaringan tubuh lainnya.
Skrining (toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes [TORCH]), digunakan untuk mengkaji adanya virus. Uji serologis, adalah pemeriksaan untuk mengetahui IgG antiCMV. Pemeriksaan ini sering dilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi CMV. Dikatakan infeksi CMV positif jika di dapatkan IgM antiCMV positif , IgG anti CMV penderita yang meningkat signifikan di bandingkan dengan ibu menunjukkan kemungkinan bayi menderita infeksi kongenital aktif.
Kemungkinan infeksi CMV kongenital bisa di singkirkan jika didapat penurunan IgG antiCMV. Apabila pada pemeriksaan cairan cerebrospinal di jumpai DNA CMV maka hal tersebut menunjukkan telah terjadi kerusakan di otak. Kuatifikasi antigenemia dapat di gunakan untuk mendeteksi penyakit CMV. Level antigenemia tinggi memberikan nilai prediksi positif yang tinggi positif CMV. Level antigenemia akan akan menurun seiring dengan pengobatan antivirus yang dilakukan, sehingga dapat di gunakan untuk memonitor pengobatan.
2.      Komplikasi
Komplikasi menurut (Brough, 2007).
      Komplikasi dari penyakit ini adalah bayi dapat mengalami kejang,  seseorang yang menderita CMV dapat mengalami diare, demam, nyeri perut, pembengkakan tonsil, kelelahan, dan mual-mual.
3.      Penatalaksanaan Medis
Penatalakanaan medis menurut (Akhter, 2010)
      Obat – obatan infeksi virus yaitu acyclovir, gancyklovir, dapat diberikan untuk infeksi CMV. Untuk pengobatan gancyklofir pada bayi diberikan pada dosis 6-12mg/kg berat badan/ hari (IV drip), diberikan setiap 12 jam selama 6 minggu. 
      Pencegahan yang paling penting untuk menunda kehamilan apabila secara laboratorik dinyatakan terinfeksi CMV primer akut. Bayi baru lahir dari ibu yang menderita infeksi CMV, perlu di deteksi IgM anti CMV untuk mengetahui infeksi kongenital. Hygine dan sanitasi lingkungan perlu diperhatikan untuk mencegah penularan atau penyebaran. Infeksi CMV tidak menimbulkan keluhan apabila individu berada dalam kondisi kompetensi imun yang baik, oleh karena itu pola hidup sehat dengan makan minum yang sehat dan bergizi, sangat diperlukan agar sistem imun dapat bekerja dengan baik untuk mengatasi CMV. Istirahat yang cukup juga sangat diperlukan. Pencegahan infeksi primer yang lain melalui hubungan seksual, transfusi darah dan tranplantasi jaringan juga perlu dipikirkan.
4.      Pencegahan
Pencegahan menurut (Akhter, 2010).
      Hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk CMV. Pengembangan dan penelitian terus dilakukan oleh para ahli, dengan harapan di masa mendatang ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi CMV pada semua orang di dunia, termasuk untuk melindungi janin dalam kandungan.
      Adapun cara pencegahan yang saat ini dapat dilakukan adalah memberikan informasi tentang cara hidup sehat kepada seluruh masyarakat, mengusahakan untuk menghindari cairan tubuh (urine, ludah, sperma, darah) orang yang diduga menderita infeksi CMV, melakukan hubungan seksual tidak berganti-ganti pasangan, bagi ibu yang memiliki bayi prematur hati-hati dalam memberikan ASI karena daya tahan tubuh bayi prematur rendah sehingga rentan mengalami infeksi perinatal, selalu mencuci tangan setelah melakukan kegiatan apapun, memeriksakan kesehatan diri menyeluruh secara berkala termasuk tes TORCH.

A.    Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan Cytomegalovirus berdasarkan Klasifikasi Diagnosa Keperawatan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) 2012-2014 menurut Heather 2012) adalah sebagai berikut :
1.      Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan system imun, aspek kronis penyakit
2.      Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan secret yang tertahan
3.      Ketidakseimbangan nutrisi krang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
4.      Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
       Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan Cytomegalovirus berdasarkan Klasifikasi Diagnosa Keperawatan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) 2015 menurut Nurarif (2015) adalah sebagai berikut :
1.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan secret yang
     tertahan.
2.    Keterlambatan pertumbuhan perkembangan dan perkembangan
     berhubungan dengan penyakit kronik : CMV
3.    Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan system imun
4.    Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
5.    Defisiensi pengetahuan mengenai penularan, penanganan, dan
     perjalanan penyakit berhubungan dengan kurang sumber informasi
6.    Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Dari kedua penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien cytomegalovirus adalah :
1.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan secret yang
     tertahan.
2.    Diare berhubungan dengan faktor fisiologis ( adanya parasit )
3.    Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit kronik: CMV
4.    Keterlambatan pertumbuhan perkembangan dan perkembangan berhubungan dengan penyakit kronik : CMV
5.    Risiko jatuh dengan faktor risiko anak kurang dari 2 tahun
B.     Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang muncul pada pasien
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan secret yang tertahan.
Tabel 1.1 Intervensi bersihan jalan nafas tidak efektif
NOC
NIC
RASIONAL
1.Frekuensi nafas dalam rentang 40-60x/menit
2.Suara nafas vesikuler
3.Tidak ada suara nafas tambahan yang abnormal
1.Monitor suara nafas dan frekuensi pernafasan
2.Lakukukan fisioterapi dada
3.Lakukan suction bila perlu
1.Untuk mengetahui  kepatenan jalan  nafas dan keabnormalan jalan nafas
2.Untuk mengeluarkan secret

             Lanjutan Tabel 1.1 Intervensi bersihan jalan nafas tidak efektif
NOC
NIC
RASIONAL
4.Tidak ada penumpukan sekret

4.Lakukan oral hygine
5.Atur posisi tidur yang nyaman
6.Kolaborasi pemberian terapi obat pengencer
Dahak
3.Membantu mengeluarkan secret yang menumpuk
4.Membersihkan dari penumpukan secret
5.Memberikan posisi yang nyaman saat tidur
6.Untuk mengeluarkan
secret sehingga membuat
jalan nafas menjadi lancar.

2.      Diare berhubungan dengan faktor fisiologis : adanya parasit

Tabel 1.2 Diare
NOC
NIC
RASIONAL
1.Feses berbentuk , BAB sehari sekali
2.Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi
3.Tidak mengalami diare
4.Menjelaskan penyebab diare
5.Mempertahankan turgor kulit

1.Monitor turgor kulit
2.Anjurkan ibu pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan yang pedas dan menimbulkan gas di daslam perut
3.Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori.
sesuai kebutuhan
4.Anjurkan ibu untuk memberikan anaknya banyak minum.
5.Kelola dalam
pemberian obat
antidiare
1.Mengantisipasi jika terjadi dehidrasi
2.Mencegah terjadinya diare semakin parah.
3.Mencegah feses menjadi bertambah cair , karena serat membuat fesec menjadi lunak
4.Mencegah terjadinya dehidrasi
5.Menghentikan diare

3.      Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit kronik : CMV

Tabel 1.3 Ketidakefektifan termoregulasi
NOC
NIC
RASIONAL
1.Temperatur stabil 36,50C – 37,50 C.
2.Tidak ada kejang
3.Tidak ada
perubahan warna
kulit
4.Pengendalian resiko hipertermi
5.Pengendalian resiko hipotermi

1.Monitor suhu paling tidak dua jam sekali
2.Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala dari hipertermi dan hipotermi
3.Ajarkan cara mengompres saat suhu tinggi pada aksila atau selangkanagan
4.Bersihkan lingkungan setelah digunakan
5.Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar dan menggunakan sabun antimikroba
6.Anjurkan mencuci
tangan sebelum dan sesudah mencuci tangan
7.Anjurkan membatasi jumlah pengunjung
8.Tingkatkan cairan dan nutrisi
9.Anjurkan selimuti dengan selimut tipis saat anak demam
10.Kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan antipiretik


1.Menghindari terjadinya hipertermi atau hipotermi
2.Mencegah terjadinya dehidrasi
3.Menurunkan suhu tubuh dengan cara yang tepat
4.Mencegah infeksi nosokomial
5.Membersihkan tangan dari kuman dengan benar
6.Mencegah terjadinya infeksi
7.Mencegah penularan penyakit infeksius
8.Membantu menurunkan suhu tubuh.
9.Menghindari dari bertambahnya suhu
tubuh.
10.Antibiotik dapatmencegah terjadinya infeksi oleh bakteri dan antipiretik untuk menurunkan demam.
4.      Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan penyakit kronik : CMV
Tabel 1.4 Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
NOC
NIC
RASIONAL
1.Mencoba untuk berdiri
2.Berusaha melangkah sendiri
3.Menunjuk dengan jari telunjuk
4.Minum dari cangkir
5.Makan cemilan sendiri
6.Meniru vokalisasi
7.Melambaikan tangan
8.Mencari objek yang di sembunyikan          
1.Bangun hubungan saling percaya dengan anak dan keluarga
2.Ajarkan anak untuk mengikuti petunjuk
3.Beri nama – nama benda di lingkungan sekitar anak
4.Ajarkan kepada keluarga megenai kegiatan yang mendukung tumbuh kembang anak 5.Ajarkan anak mengenal suara hewan
6.Kelola pemberian obat
1.Memberikan rasa nyaman
2.Melatih daya motorik anak3.Melatih daya ingat anak untuk mengulang nama benda
4.Menambah pengetahuan orang tua tentang proses tumbuh kembang anak sesuai usianya
5.Membantu anak mengingat suara
6.Memaksimalkan pengobatan

5.      Risiko jatuh dengan faktor risiko anak kurang dari 2 tahun
Tabel 1.5 Risiko jatuh
NOC
NIC
RASIONAL
1.Pasien terbebas dari cedera
2.Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (side rail)
3.Ibu pasien mampu menjelaskan faktor risiko jatuh

1.Identifikasi kekurangan baik kognitif dan fisik dari pasien yang meningkatkan risiko jatuh.
2.Identifikasi perilakudan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh




1.Menghindarkan pasien dari risiko jatuh
2.Menghindarkan pasien untuk jatuh berulang jika pasien mempunyai riwayat jatuh
3..Memudahkan tim medis untuk menghindakan dari risiko jatuh



Lanjutan Tabel 1.5 Risiko jatuh
NOC
NIC
RASIONAL

3.Berikan penanda bahwa pasien berisiko jatuh4.Posisikan pasien ditengah tempat tidur
5.Kunci side rail pada tempat tidur pasien

4.Memberikan keamanan pasien agar terhindar dari resiko jatuh.
5.Meningkatkan keamanan pasien agar tidak jatuh

        

DAFTAR PUSTAKA

Akhter, Kauserdan Wills, Todd S. 2010. Cytomegalovirus.eMedicine Infectious Disease. Diunduh dari http:emedicine.medscape.com/article/215702overview. Diakses 14 Juli 2016
Brought, Helen. 2007. RujukanCepatPediatri Dan KesehatanAnak. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku SakuPATOFISIOLOGI.Jakarta : EGC
Fauci,A. S., et al., 2009. Obesity.Dalam:Harisson’s Manual Of Medicine 17th Edition . USA : The McGraw-Hill Companies: 939.
Hamele M, Flanagan R, Loomis CA, Stevens T, Fairchok MP. Severe morbidity and          mortality with breast milk associated cytomegalovirus infection. Pediatr Infect        Dis J.   Oct 30 2009
Heather, Herdman. 2012. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan :definisi&klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Rohman N, Wahid S. Proses KeperawatanTeoridanAplikasi . 2010. Ar-ruzzmedia :Yogyakarta
Soegijanto, Soegeng, 2007. Kumpulan MakalahPenyakitTropisdanInfeksi di Indonesia.Cetakan II. Airlangga, Surabaya
Suromo, L. B. (2007). KewaspadaanTerhadapInfeksi Cytomegalovirus Serta KegunaanDeteksiSecaraLaboratorik. Semarang: FakultasKedokteran.