LAPORAN
PENDAHULUAN PADA PASIEN
CMV
(CYTOMEGALOVIRUS)
A.
Pengertian
Cytomegalovirus
(CMV) merupakan virus yang di klasifikasikan dalam keluarga virus herpes,
memiliki potensi yang berbahaya bagi janin, menganggu atau merusak organ
ginjal, hati, jantung, paru-paru, mata, lambung, usus, telinga dan otak
(Akhter, 2010).
Cytomegalovirus (CMV) adalah jenis virus DNA yang
termasuk dalam keluarga herpes, family herpesviridae. Kata cytomegalovirus berasal dari Yunani, cyto berarti sel dan mega
berarti besar. Sebagai anggota dari keluarga besar virus Herpes, CMV memiliki
kemampuan bersembunyi di dalam tubuh untuk waktu yang lama (Rohman, 2010).
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor Persipitasi dan
Predisposisi menurut (Hamele, 2009).
Faktor
Presipitasi Cytomegalovirus (CMV), bersentuhan langsung dengan cairan tubuh
orang yang terinfeksi, seperti darah, urin, air liur, hal ini terjadi karena cytomegalovirus dapat menembus selaput
lendir. Melalui plasenta, dari ibu terinfeksi ke janin yang dikandungnya. Air
Susu Ibu terinfeksi virus. Melakukan hubungan seks dengan orang yang
terinfeksi. Transfusi darah atau transplantasi organ.
Faktor
Predisposisi adalah Ibu terinfeksi Cytomegalovirus (CMV), dilahirkan dengan ibu
menderita cytomegalovirus, penyakit di dapat setelah lahir, memiliki sistem
kekebalan tubuh yang lemah, sempat kontak langsung dengan cairan tubuh pasien
terinfeksi, seperti air liur, air susu ibu, dan urine.
2. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya
Cytomegalovirus menurut (Hamele, 2009).
Cytomegalovirus adalah jenis virus DNA yang memiliki materi
genetik berupa DNA, di tularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah, dari
ibu hamil kepada janin yang dikandungnya, kontak langsung dengan cairan tubuh atau jaringan tubuh, termasuk urin
, darah, liur, secret servikal , semen , dan ASI. Masa inkubasi dari virus ini
tidak diketahui secara pasti tetapi ada perkiraan masa inkubasi : setelah lahir
3 – 12 minggu, setelah transfusi 3 – 12 minggu, setelah transplantasi 4 minggu
– 4 bulan.
Jika diamati dengan mikroskop elektron bentuk CMV adalah
sferis/bola dan ukurannya antara 64-110 nm (1nm = 10 -9m). Akan
tetapi, ketika virus ini menginfeksi sel manusia, ukurannya akan membesar
menjadi 100-180 nm. Seperti virus lain pada umumnya, setelah virus ini masuk ke
dalam tubuh manusia, CMV akan menempel di sel tubuh dan segera melakukan
penetrasi ke dalam sel dengan cara melubangi membran sel. CMV yang telah masuk
ke dalam sel, akan berada di sitoplasma sel dan dikelilingi oleh vakuola.
Cytomegalovirus
(CMV) yang terdeteksi dalam urin melalui mikroskop elektron, dari beberapa
bulan sampai beberapa tahun setelah terinfeksi virus tersebut dapat tidak aktif
dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali . Hingga kini belum
ada imuninsasi untuk mencegah penyakit ini.
3.
Manifestasi
Klinis
Manifestasi
klinis menurut (Akhter, 2010)
Manifestasi klinis CMV bervariasi dapat
dibagi atas infeksi CMV infeksi intrauterus (kongenital) dan infeksi perinatal.
Infeksi kongenital adalah penularan dari ibu hamil kepada janin dalam
kandungannya melalui plasenta. Jika penularan terjadi pada usia kandungan di
bawah 16 minggu, akan menyebabkan dampak yang sangat merugikan seperti
hepatomegali, splenomegali, ikterus, ptekie, mikrosefali, kelainan okuler, kelainan
gigi, gangguan pendengaran, dan kelainan kongenital.
Hepatomegali adalah kelainan yang paling
sering terjadi pada CMV kongenital, ini menyebabkan pembesaran pada hepar
dengan ukuran yang dapat mencapai 4-7cm. Hepar yang ada di bawah tulang rusuk
bagian kanan tidak mengalami nyeri tekan saat dipalpasi tetapi memiliki
permukaan yang tidak rata (Soegijanto, 2007). Splenomegali adalah pembesaran limpa. Limpa
yang ada di bawah tulang rusuk sebelah kiri dapat membesar dengan ukuran
10-15cm. Splenomegali juga ditemukan pada kasus cytomegalovirus kongenital
(Corwin, 2009). Ikterus adalah pigmentasi kulit berwarna
kuning yang di sebabkan oleh peningkatan kadar biilirubin serum, seringkali
terlihat pada sklera. Hal ini juga terjadi pada kasus infeksi kongenital (Fauci
2009).
Mikrosefali yaitu ukuran lingkar kepala
kecil abnormal, dibawah 5 persentil dan didapatkan pada hampir separuh dari
penderita dengan infeksi cytomegalovirus (Soegijanto, 2007). Kelainan okuler pada retina
yang biasa di disebut dengan CMV retinitis kadang di sertai oleh strabismus dan
kadang atrofi optik juga terjadi pada kasus CMV kongenital (Soegijanto, 2007).
Kelainan gigi adalah gangguan primer pada
pembentukan gigi, ini terjadi pada infeksi kongenital. Kelainan ini muncul pada
semua gigi berupa pewarnaan gigi yang kekuningan (Corwin, 2009). Gangguan pendengaran, bisa terjadi jika sinyal
suara tidak mencapai ke otak, hal ini dikarenakan gelombang suara yang masuk ke
telinga tidak mampu menggetarkan gendang telinga (Fauci 2009). Kelainan
kongenital adalah kelainan bawaan atau kelainan yang di dapat sejak lahir
(Abraham, 2006). Keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan dikarenakan cytomegalovirus dapat menginfeksi
hasil konsepsi setiap saat dalam kehamilan (Soegijanto, 2007).
Infeksi CMV perinatal, adalah penularan
terjadi sewaktu persalinan hingga satu minggu setelah kelahiran atau terinfeksi
melalui cairan sekresi penderita cytomegalovirus. Penularan perinatal lainnya
dapat melalui air susu ibu, percikan air liur, serta melalui kontak dengan
mulut dan hidung (mencium bayi). Anak juga dapat mengalami batuk, demam serta
pneumonia.
Pathway spektrum penyakit infeksi
cytomegalovirus
Gambar 1. Spektrum
penyakit infeksi cytomegalovirus
(Soegijianto
Soegeng, 2007)
Gambar
1.1 gambar pathway
1.
Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan
diagnostik menurut (Suromo, 2007).
Adalah pemeriksaan
kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit. Pemeriksaan mikroskopik
pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk melihat virus dalam jumlah
besar. Meskipun virus CMV juga terdapat di air liur ataupun jaringan tubuh
lainnya, tetapi kadar virus CMV di urin jauh lebih banyak dibandingkan dengan
kadar di air liur. Sementara pengambilan sampel urin jauh lebih mudah
dibandingkan dengan pengambilan sampel dari jaringan tubuh lainnya.
Skrining
(toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes [TORCH]), digunakan
untuk mengkaji adanya virus. Uji serologis, adalah pemeriksaan untuk mengetahui
IgG antiCMV. Pemeriksaan ini sering dilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi
CMV. Dikatakan infeksi CMV positif jika di dapatkan IgM antiCMV positif , IgG
anti CMV penderita yang meningkat signifikan di bandingkan dengan ibu
menunjukkan kemungkinan bayi menderita infeksi kongenital aktif.
Kemungkinan
infeksi CMV kongenital bisa di singkirkan jika didapat penurunan IgG antiCMV.
Apabila pada pemeriksaan cairan cerebrospinal di jumpai DNA CMV maka hal
tersebut menunjukkan telah terjadi kerusakan di otak. Kuatifikasi antigenemia
dapat di gunakan untuk mendeteksi penyakit CMV. Level antigenemia tinggi
memberikan nilai prediksi positif yang tinggi positif CMV. Level antigenemia
akan akan menurun seiring dengan pengobatan antivirus yang dilakukan, sehingga
dapat di gunakan untuk memonitor pengobatan.
2.
Komplikasi
Komplikasi
menurut (Brough, 2007).
Komplikasi dari penyakit ini adalah bayi
dapat mengalami kejang, seseorang yang
menderita CMV dapat mengalami diare, demam, nyeri perut, pembengkakan tonsil,
kelelahan, dan mual-mual.
3.
Penatalaksanaan
Medis
Penatalakanaan
medis menurut (Akhter, 2010)
Obat – obatan infeksi virus yaitu
acyclovir, gancyklovir, dapat diberikan untuk infeksi CMV. Untuk pengobatan
gancyklofir pada bayi diberikan pada dosis 6-12mg/kg berat badan/ hari (IV
drip), diberikan setiap 12 jam selama 6 minggu.
Pencegahan yang paling penting untuk
menunda kehamilan apabila secara laboratorik dinyatakan terinfeksi CMV primer
akut. Bayi baru lahir dari ibu yang menderita infeksi CMV, perlu di deteksi IgM
anti CMV untuk mengetahui infeksi kongenital. Hygine dan sanitasi lingkungan
perlu diperhatikan untuk mencegah penularan atau penyebaran. Infeksi CMV tidak
menimbulkan keluhan apabila individu berada dalam kondisi kompetensi imun yang
baik, oleh karena itu pola hidup sehat dengan makan minum yang sehat dan
bergizi, sangat diperlukan agar sistem imun dapat bekerja dengan baik untuk
mengatasi CMV. Istirahat yang cukup juga sangat diperlukan. Pencegahan infeksi
primer yang lain melalui hubungan seksual, transfusi darah dan tranplantasi
jaringan juga perlu dipikirkan.
4.
Pencegahan
Pencegahan
menurut (Akhter, 2010).
Hingga saat ini belum ditemukan vaksin
untuk CMV. Pengembangan dan penelitian terus dilakukan oleh para ahli, dengan
harapan di masa mendatang ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi CMV pada
semua orang di dunia, termasuk untuk melindungi janin dalam kandungan.
Adapun cara pencegahan yang saat ini dapat
dilakukan adalah memberikan informasi tentang cara hidup sehat kepada seluruh
masyarakat, mengusahakan untuk menghindari cairan tubuh (urine, ludah, sperma,
darah) orang yang diduga menderita infeksi CMV, melakukan hubungan seksual
tidak berganti-ganti pasangan, bagi ibu yang memiliki bayi prematur hati-hati
dalam memberikan ASI karena daya tahan tubuh bayi prematur rendah sehingga
rentan mengalami infeksi perinatal, selalu mencuci tangan setelah melakukan
kegiatan apapun, memeriksakan kesehatan diri menyeluruh secara berkala termasuk
tes TORCH.
A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien
dengan Cytomegalovirus berdasarkan Klasifikasi Diagnosa Keperawatan NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) 2012-2014
menurut Heather 2012) adalah sebagai berikut :
1.
Resiko infeksi berhubungan dengan
penurunan system imun, aspek kronis penyakit
2.
Resiko pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan secret yang tertahan
3.
Ketidakseimbangan nutrisi krang
dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
4.
Nyeri akut berhubungan dengan
proses penyakit
5.
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi
Diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan Cytomegalovirus berdasarkan
Klasifikasi Diagnosa Keperawatan NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association) 2015 menurut Nurarif (2015) adalah
sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan secret yang
tertahan.
2. Keterlambatan
pertumbuhan perkembangan dan perkembangan
berhubungan dengan penyakit kronik : CMV
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan system imun
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
5. Defisiensi pengetahuan mengenai penularan, penanganan, dan
perjalanan
penyakit berhubungan dengan kurang sumber informasi
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Dari kedua penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien cytomegalovirus adalah :
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan secret yang
tertahan.
2. Diare
berhubungan dengan faktor fisiologis ( adanya parasit )
3. Ketidakefektifan
termoregulasi berhubungan dengan penyakit kronik: CMV
4. Keterlambatan
pertumbuhan perkembangan dan perkembangan berhubungan dengan penyakit kronik :
CMV
5. Risiko
jatuh dengan faktor risiko anak kurang dari 2 tahun
B. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang muncul pada pasien
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan secret yang tertahan.
Tabel 1.1
Intervensi bersihan jalan nafas tidak efektif
NOC
|
NIC
|
RASIONAL
|
1.Frekuensi
nafas dalam rentang 40-60x/menit
2.Suara
nafas vesikuler
3.Tidak
ada suara nafas tambahan yang abnormal
|
1.Monitor suara
nafas dan frekuensi pernafasan
2.Lakukukan
fisioterapi dada
3.Lakukan suction
bila perlu
|
1.Untuk
mengetahui kepatenan jalan nafas dan keabnormalan jalan nafas
2.Untuk
mengeluarkan secret
|
Lanjutan Tabel 1.1 Intervensi
bersihan jalan nafas tidak efektif
NOC
|
NIC
|
RASIONAL
|
4.Tidak ada
penumpukan sekret
|
4.Lakukan oral
hygine
5.Atur posisi
tidur yang nyaman
6.Kolaborasi pemberian terapi obat pengencer
Dahak
|
3.Membantu
mengeluarkan secret yang menumpuk
4.Membersihkan
dari penumpukan secret
5.Memberikan
posisi yang nyaman saat tidur
6.Untuk mengeluarkan
secret
sehingga membuat
jalan
nafas menjadi lancar.
|
2.
Diare berhubungan dengan faktor
fisiologis : adanya parasit
Tabel
1.2 Diare
NOC
|
NIC
|
RASIONAL
|
1.Feses
berbentuk , BAB sehari sekali
2.Menjaga
daerah sekitar rectal dari iritasi
3.Tidak
mengalami diare
4.Menjelaskan
penyebab diare
5.Mempertahankan
turgor kulit
|
1.Monitor turgor
kulit
2.Anjurkan ibu
pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan yang pedas dan menimbulkan gas di
daslam perut
3.Anjurkan pasien
untuk mengkonsumsi makanan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori.
sesuai kebutuhan
4.Anjurkan ibu
untuk memberikan anaknya banyak minum.
5.Kelola dalam
pemberian obat
antidiare
|
1.Mengantisipasi
jika terjadi dehidrasi
2.Mencegah
terjadinya diare semakin parah.
3.Mencegah feses
menjadi bertambah cair , karena serat membuat fesec menjadi lunak
4.Mencegah
terjadinya dehidrasi
5.Menghentikan
diare
|
3.
Ketidakefektifan termoregulasi
berhubungan dengan penyakit kronik : CMV
Tabel
1.3 Ketidakefektifan termoregulasi
NOC
|
NIC
|
RASIONAL
|
1.Temperatur
stabil 36,50C – 37,50 C.
2.Tidak
ada kejang
3.Tidak
ada
perubahan
warna
kulit
4.Pengendalian
resiko hipertermi
5.Pengendalian
resiko hipotermi
|
1.Monitor
suhu paling tidak dua jam sekali
2.Monitor
dan laporkan adanya tanda dan gejala dari hipertermi dan hipotermi
3.Ajarkan
cara mengompres saat suhu tinggi pada aksila atau selangkanagan
4.Bersihkan
lingkungan setelah digunakan
5.Ajarkan
cara mencuci tangan dengan benar dan menggunakan sabun
antimikroba
6.Anjurkan
mencuci
tangan
sebelum dan sesudah mencuci tangan
7.Anjurkan
membatasi jumlah pengunjung
8.Tingkatkan
cairan dan nutrisi
9.Anjurkan
selimuti dengan selimut tipis saat anak demam
10.Kolaborasi
dalam pemberian antibiotik dan antipiretik
|
1.Menghindari
terjadinya hipertermi atau hipotermi
2.Mencegah
terjadinya dehidrasi
3.Menurunkan
suhu tubuh dengan cara yang tepat
4.Mencegah
infeksi nosokomial
5.Membersihkan
tangan dari kuman dengan benar
6.Mencegah
terjadinya infeksi
7.Mencegah
penularan penyakit infeksius
8.Membantu
menurunkan suhu tubuh.
9.Menghindari
dari bertambahnya suhu
tubuh.
10.Antibiotik
dapatmencegah terjadinya infeksi oleh bakteri dan antipiretik untuk
menurunkan demam.
|
4.
Keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan berhubungan dengan penyakit kronik : CMV
Tabel 1.4 Keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan
NOC
|
NIC
|
RASIONAL
|
1.Mencoba
untuk berdiri
2.Berusaha
melangkah sendiri
3.Menunjuk
dengan jari telunjuk
4.Minum
dari cangkir
5.Makan
cemilan sendiri
6.Meniru
vokalisasi
7.Melambaikan
tangan
8.Mencari
objek yang di sembunyikan
|
1.Bangun hubungan
saling percaya dengan anak dan keluarga
2.Ajarkan anak
untuk mengikuti petunjuk
3.Beri nama –
nama benda di lingkungan sekitar anak
4.Ajarkan kepada
keluarga megenai kegiatan yang mendukung tumbuh kembang anak 5.Ajarkan anak
mengenal suara hewan
6.Kelola
pemberian obat
|
1.Memberikan rasa
nyaman
2.Melatih daya
motorik anak3.Melatih daya ingat anak untuk mengulang nama benda
4.Menambah
pengetahuan orang tua tentang proses tumbuh kembang anak sesuai usianya
5.Membantu anak
mengingat suara
6.Memaksimalkan
pengobatan
|
5.
Risiko jatuh dengan faktor risiko anak
kurang dari 2 tahun
Tabel
1.5 Risiko jatuh
NOC
|
NIC
|
RASIONAL
|
1.Pasien
terbebas dari cedera
2.Menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada (side rail)
3.Ibu
pasien mampu menjelaskan faktor risiko jatuh
|
1.Identifikasi
kekurangan baik kognitif dan fisik dari pasien yang meningkatkan risiko
jatuh.
2.Identifikasi
perilakudan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh
|
1.Menghindarkan
pasien dari risiko jatuh
2.Menghindarkan
pasien untuk jatuh berulang jika pasien mempunyai riwayat jatuh
3..Memudahkan tim
medis untuk menghindakan dari risiko jatuh
|
Lanjutan
Tabel 1.5 Risiko jatuh
NOC
|
NIC
|
RASIONAL
|
|
3.Berikan penanda
bahwa pasien berisiko jatuh4.Posisikan pasien ditengah tempat tidur
5.Kunci side rail
pada tempat tidur pasien
|
4.Memberikan
keamanan pasien agar terhindar dari resiko jatuh.
5.Meningkatkan
keamanan pasien agar tidak jatuh
|
DAFTAR
PUSTAKA
Akhter, Kauserdan Wills, Todd S. 2010. Cytomegalovirus.eMedicine Infectious
Disease. Diunduh dari http:emedicine.medscape.com/article/215702overview.
Diakses 14 Juli 2016
Brought,
Helen. 2007. RujukanCepatPediatri Dan
KesehatanAnak. Jakarta : EGC
Corwin,
Elizabeth J. 2009.Buku SakuPATOFISIOLOGI.Jakarta
: EGC
Fauci,A. S., et al., 2009. Obesity.Dalam:Harisson’s Manual Of Medicine 17th Edition . USA : The McGraw-Hill
Companies: 939.
Hamele M, Flanagan R, Loomis CA, Stevens
T, Fairchok MP. Severe morbidity and mortality with breast milk associated
cytomegalovirus infection. Pediatr Infect Dis
J. Oct 30 2009
Heather, Herdman. 2012. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan
:definisi&klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Rohman N, Wahid S. Proses KeperawatanTeoridanAplikasi . 2010. Ar-ruzzmedia :Yogyakarta
Soegijanto, Soegeng, 2007. Kumpulan MakalahPenyakitTropisdanInfeksi
di Indonesia.Cetakan II. Airlangga, Surabaya
Suromo, L. B. (2007). KewaspadaanTerhadapInfeksi Cytomegalovirus
Serta KegunaanDeteksiSecaraLaboratorik. Semarang: FakultasKedokteran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar